"ALI Zainal Abidin, cucu Rasululah Saw konon pernah menangis ketika sedang mengambil wudhuk. Ketika ditanya mengapa beliau menangis, anak Fathimah itu berkata, 'Tahukahkau sebentar lagi aku akan berdiri di hadapan siapa?'
Beliau sadar bahwa salat adalah berdiri di hadapan Allah Swt. Tapi benarkah ada salat yang justru menjauhkan pelakunya dari Allah?" tanya salah seorang murid kepada Abu Qubaisy ketika guru besar itu menyilakan para muridnya mengajukan topik atau masalah yang mereka inginkan dibahas bersama di majelis taklim sore itu.
"Sebuah pertanyaan yang cerdas dan menarik," komentar mahaguru yang arif itu sebelum menjawab pertanyaan si murid.
"Dalam salah satu hadisnya Rasulullah Saw pernah bersabda, 'Bilamana salat seseorang tidak mencegahnya dari kemungkaran, maka salatnya itu tidak menambah sesuatu, kecuali akan menjauhkannya dari Allah Swt.'
Dalam hadisnya yang lain beliau berkata bahwa pada Hari Kiamat kelak akan ada orang yang membawa dan mempersembahkan salatnya ke hadapan Allah Swt. Lalu Allah melipat-lipat salat itu seperti melipat pakaian kotor dan dicampakkan ke wajah orang yang mempersembahkan salat tersebut.
Salat yang tidak mencegah seseorang dari perbuatan mungkar dan salat yang dicampakkan Allah Swt kepada pelakunya adalah bukti bahwa ada salat yang justru menjauhkan pelakunya dari Allah Swt."
"Bagaimanakah salat harus dikerjakan agar tidak justru menjauhkan kita dari Allah Swt. Dan membuat Allah murka sehingga salat persembahan kita dicampakkan ke muka kita sendiri?" tanya murid lain memotong kalimat mahaguru yang mereka segani dan hormati itu.
"Lakukanlah sebagaimana Ali Zainal Abidin berwudhuk, yakni seakan-akan kita melihat Dia. Setidak-tidaknya kita yakin benar bahwa Allah Yang Maha Melihat itu sedang memperhatikan kita. Dan di luar salat, berprilakulah sesuai dengan apa yang kita ikrarkan dalam salat, bahwa apa pun yang kita lakukan dan tidak kita lakukan, semata-mata karena Allah belaka. Dan terutama jangan menyekutukan Dia," jelas Abu Qubaisy seraya menutup majelis taklimnya karena telah masuk Maghrib.
Para muridnya pun menanggapi dengan anggukan kepala tanda mengerti.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar